Selamat Datang Di Situs KUA Kecamatan Bubutan Kota Surabaya Jawa Timur Selamat Datang Di Situs KUA Kecamatan Bubutan Kota Surabaya
Pelunasan BPIH Reguler dimulai pada tanggal 22 Mei s/d 12 Juni 2013 di BPS -BPIH

Pendidikan Karakter bisa Dimulai dengan GEMARI (Gerakan maghrib Mengaji)



Pendidikan Karakter bisa Dimulai dengan GEMARI (Gerakan maghrib Mengaji)*)

“......sekarang yang tampil di televisi semua orang Islam, Semua Sinetron bertemakan Islami. Artis-artisnya semua juga memakai jilbab, Alhamdulillah Islam berkembang begitu baik,Negara mendukung termasuk juga media...”

            Ungkapan seorang ibu diatas, mungkin sebagai komentar yang lumrah, hal yang biasa-biasa saja, yang tanpa kita sadari sebenarnya kita terjajah, Ibarat pembunuhan, kita dibunuh dengan indah tanpa merasakan sakitnya sakaratul maut, kita dibuai indah dengan tayangan-tayangan di televisi pada jam kita berkumpul bersama keluarga di sore hari menjelang magrib.
            Bayangkan saja, jika setiap hari, pada pukul 17.00 – 20.00 WIB, anak-anak kita biarkan melihat tayangan d televisi dengan alasan biar anak kita bisa istirahat dengan tenang di rumah dan tidak bermain-main dengan anak tetangga dimalam hari. Berapa banyak informasi dan pembelajaran yang diserap oleh anak kita. Yang jelas itu menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua masa kini.
Apa yang terjadi pada anak kita 10 tahun mendatang?....hasilnya:
  1. Anak Indonesia sudah lupa dengan bahasa Indonesia karena tayangan di televisi tidak memakai penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
  2. Anak Indonesia sudah lupa jika tinggal di Indonesia dan lupa akan budaya Indonesia, karena budaya yang dilihat di televisi, rumah dan mobil mewah, baju bagus ruangan ber-AC dan lain sebagainya
  3. Anak Indonesia menjadi generasi yang pemalas, karena semua serba instan lihat di televisi, ingin bau wangi diselesaikan dengan rexona tanpa harus bersusahsusah mandi dan minum jamu tradisional Indonesia, ingin pintar cukup membuka gadget tanpa harus belajar
  4. Orang tua dan Guru kehilangan wibawa dihadapan anak, anak berani pada orang tua dan guru, karena di televisi di pertontonkan adegan dan pelajaran bagaimana membohongi dan berbuat jahil pada Orang tua dan Guru.
  5. Angka kenakalan remaja, MBA (marriage by accident), HIV ADIS dan Narkoba akibat pergaulan bebas naik dratis karena di televisi sinetron yang aktor anak-anak pun sudah diajari bagaimana ekspresi mendendam, marah, sedih, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya.
Hasil diatas adalah bagian dari kesimpulan,masih banyak lagi sebab akibat yang muncul yang belum diungkapkan.
            Pendidikan karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanay disekolah saja, tapi di rumah dan di linggkungan sosial, sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli bahwa: Perkembangan dan Perilaku anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada masa-masa emas anak (Golden Age) dikehidupannya sangat menentukan apakah anak tersebut akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
            Dari sudut pandang psikologis, terjadi penurunan kualitas ‘usia psikologis’ pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 2011 dengan anak yang berusia 21 tahun pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 tahunatau 11 tahun. Walaupun tidak semua, tetapi kebanyakan memiliki kecenderungan seperti itu.
            Nah, Oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan karakter yang baik pada anak, sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya dimasa mendatang. Karena kita sebagai orang tua terkadang tidak menyadari, sikap kita pada anak justru menjatuhkan mental si anak.
            Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita, benarkah demikian....?
            Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas disekolahnya. Mengapa demikian?, karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan teernyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa, yakni kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses.
            Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama budaya dan adat istiadat.
            Pada usia Golden Age inilah karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembangan mental berlangsung sangat cepat, anak menjadi sangat senditif dan peka dalam mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan ang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
            Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji/GEMARI – Gemar Mengaji yang dicanangkan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali diyakini bisa menjadi solusi tawuran pelajar, penggunaan narkoba, keluar malam dan sebagainya. Beliau mengatakan para ahli saat ini tengah mencari-cari solusi bahwa pendidikan karakter ditanamkan dilembaga pendidikan untuk mengantisipasi hal tersebut (Republika.co.id. Rabu, 26 September 2012, 18:15 WIB)
            Kebiasaan ini menurutnya, sekarang mulai hilang karena banyaknya tayangan televisi yang bagus-bagus, namun tidak memiliki nilai edukasi. Hal itu yang kemudian mengikis keimanan dan pertumbuhan jiwa anak. Karenanya Maghrib Mengaji merupakan solusi bagi pendidikan karakter anak-anak. Pasalnya pendidikan karakter paling bagus adalah di rumah dan dilingkungannya. Melalui gerakan ini pihaknya optimis tawuran pelajar, narkoba,kenakalan remaja bisa diminimalisir.
            Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
            Theodore Rooselvelt mengatakan: “ To educate a person in mind and not in morals is to educated a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman bahaya kepada masyarakat).

*) Ely Rosyidah,S.Ag adalah Penyuluh Agama Islam Kec. Bubutan Kota Surabaya