Pendidikan Karakter bisa
Dimulai dengan GEMARI (Gerakan maghrib Mengaji)*)
“......sekarang yang tampil di televisi semua orang Islam, Semua Sinetron
bertemakan Islami. Artis-artisnya semua juga memakai jilbab, Alhamdulillah Islam
berkembang begitu baik,Negara mendukung termasuk juga media...”
Ungkapan
seorang ibu diatas, mungkin sebagai komentar yang lumrah, hal yang biasa-biasa
saja, yang tanpa kita sadari sebenarnya kita terjajah, Ibarat pembunuhan, kita
dibunuh dengan indah tanpa merasakan sakitnya sakaratul maut, kita dibuai indah
dengan tayangan-tayangan di televisi pada jam kita berkumpul bersama keluarga
di sore hari menjelang magrib.
Bayangkan
saja, jika setiap hari, pada pukul 17.00 – 20.00 WIB, anak-anak kita biarkan
melihat tayangan d televisi dengan alasan biar anak kita bisa istirahat dengan
tenang di rumah dan tidak bermain-main dengan anak tetangga dimalam hari.
Berapa banyak informasi dan pembelajaran yang diserap oleh anak kita. Yang
jelas itu menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua masa kini.
Apa yang terjadi pada anak kita 10 tahun
mendatang?....hasilnya:
- Anak Indonesia sudah lupa dengan bahasa Indonesia karena tayangan di televisi tidak memakai penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Anak Indonesia sudah lupa jika tinggal di Indonesia dan lupa akan budaya Indonesia, karena budaya yang dilihat di televisi, rumah dan mobil mewah, baju bagus ruangan ber-AC dan lain sebagainya
- Anak Indonesia menjadi generasi yang pemalas, karena semua serba instan lihat di televisi, ingin bau wangi diselesaikan dengan rexona tanpa harus bersusahsusah mandi dan minum jamu tradisional Indonesia, ingin pintar cukup membuka gadget tanpa harus belajar
- Orang tua dan Guru kehilangan wibawa dihadapan anak, anak berani pada orang tua dan guru, karena di televisi di pertontonkan adegan dan pelajaran bagaimana membohongi dan berbuat jahil pada Orang tua dan Guru.
- Angka kenakalan remaja, MBA (marriage by accident), HIV ADIS dan Narkoba akibat pergaulan bebas naik dratis karena di televisi sinetron yang aktor anak-anak pun sudah diajari bagaimana ekspresi mendendam, marah, sedih, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya.
Hasil diatas adalah bagian
dari kesimpulan,masih banyak lagi sebab akibat yang muncul yang belum diungkapkan.
Pendidikan
karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanay disekolah saja, tapi di
rumah dan di linggkungan sosial, sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang
ahli bahwa: Perkembangan dan Perilaku anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman
anak pada masa-masa emas anak (Golden Age) dikehidupannya sangat menentukan
apakah anak tersebut akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan
apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam
pekerjaannya.
Dari
sudut pandang psikologis, terjadi penurunan kualitas ‘usia psikologis’ pada
anak yang berusia 21 tahun pada tahun 2011 dengan anak yang berusia 21 tahun
pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan
dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang
usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 tahunatau 11 tahun. Walaupun
tidak semua, tetapi kebanyakan memiliki kecenderungan seperti itu.
Nah,
Oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak
untuk memberikan karakter yang baik pada anak, sehingga anak bisa meraih
keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya dimasa mendatang. Karena kita
sebagai orang tua terkadang tidak menyadari, sikap kita pada anak justru
menjatuhkan mental si anak.
Banyak
yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita.
Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara
kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita, benarkah demikian....?
Fakta
membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di
sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas
disekolahnya. Mengapa demikian?, karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan
oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan teernyata lebih dominan
ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional kita dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu yang tidak boleh ditinggalkan
adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa, yakni kecakapan
membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial dan Tuhan) tersebut
merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses.
Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama budaya dan adat istiadat.
Pada
usia Golden Age inilah karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan
menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya.
Pada usia ini perkembangan mental berlangsung sangat cepat, anak menjadi sangat
senditif dan peka dalam mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya,
dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan
ang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Gerakan
Masyarakat Maghrib Mengaji/GEMARI – Gemar Mengaji yang dicanangkan oleh Menteri
Agama Suryadharma Ali diyakini bisa menjadi solusi tawuran pelajar, penggunaan
narkoba, keluar malam dan sebagainya. Beliau mengatakan para ahli saat ini
tengah mencari-cari solusi bahwa pendidikan karakter ditanamkan dilembaga
pendidikan untuk mengantisipasi hal tersebut (Republika.co.id. Rabu, 26
September 2012, 18:15 WIB)
Kebiasaan
ini menurutnya, sekarang mulai hilang karena banyaknya tayangan televisi yang
bagus-bagus, namun tidak memiliki nilai edukasi. Hal itu yang kemudian mengikis
keimanan dan pertumbuhan jiwa anak. Karenanya Maghrib Mengaji merupakan solusi
bagi pendidikan karakter anak-anak. Pasalnya pendidikan karakter paling bagus
adalah di rumah dan dilingkungannya. Melalui gerakan ini pihaknya optimis
tawuran pelajar, narkoba,kenakalan remaja bisa diminimalisir.
Bagi
Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha
sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan
menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada
masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat
Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa
diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan,
tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab,
tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya
diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Rooselvelt mengatakan: “ To educate a person in mind and not in
morals is to educated a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek
kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman bahaya kepada masyarakat).
*) Ely Rosyidah,S.Ag adalah Penyuluh Agama Islam
Kec. Bubutan Kota Surabaya